Kondisi SDM Teknologi Informasi
Dari berbagai pengamatan, penelitian, dan pengelolaan berbagai project yang telah kami kelola selama ini, baik dalam skala nasional dan internasional, instansi pemerintah dan swasta, banyak hal menarik tentang kondisi sumberdaya manusia ini terutama di Indonesia.
Beberapa kawan tidak jarang mengeluh tentang Sumber Daya Manusia ini. Keluhan yang datang tidak hanya dari kalangan swasta, namun juga dari kalangan pemerintahan. Pengalaman penulis memantau di bidang pemerintahan misalnya, waktu bertemu dengan salah seorang Gubernur, disana terungkap bahwa untuk salah satu kantor Dinas mereka yang khusus bergerak di dalam telekomunikasi dan Informasi, hanya memiliki satu orang Sarjana dalam bidang teknologi informasi in. Sementara ruang lingkup pekerjaan dari kantor ini adalah untuk seluruh kantor Dinas dan Badan yang ada pada level propinsi.
Begitu juga ketika penulis diminta oleh JICA –Jepang untuk melakukan survey ke beberapa lokasi di Indonesia. Umumnya mereka yang dikunjungi merasa kesulitan untuk mendapatkan sumberdaya manusia handal dari bidang Informatika. Ketika dilihat dari sudut pandang pihak swasta pun demikian sulitnya. Sementara SDM yang mampu untuk suatu bidang tertentu juga bukan main sulitnya menemukan. Bahkan salah seorang kawan, sempat mengatakan, sudah berkali-kali mencoba membuat iklan lowongan, namun yang masuk umumnya adalah mereka yang masih kurang pengalaman, sehingga tidak siap langsung memecahkan masalah yang ada. Sementara pekerjaan sudah mulai menuntut untuk diterapkannya suatu teknologi.
Berikut ini beberapa kondisi tentang sumberdaya manusia kita khususnya dalam bidang informatika di Indonesia.
Banyak Tapi Sulit
Sumberdaya dalam bidang teknologi informasi ini, yang seharusnya dan umumnya berasal dari jurusan Informatika ini fenomenanya memang menarik. Lulusan yang dihasilkan dalam setahun bisa mencapai ribuan. Lulusannya juga tidak sedikit yang menganggur. Sementara di sisi lain, para pencari kerja mengeluhkan susahnya mencari orang-orang yang berhubungan dengan informatika ini. Aneh!
Namun kalau ditelaah lebih jauh, ternyata kuncinya yang dicari adalah yang memahami dan bisa mengimplementasikan, bukan yang memiliki gelar saja. Sehingga tidaklah menjadi aneh, karena tidak semua yang menjadi sarjana informatika berkualitas. Beberapa perusahaan baik dari Eropa dan Amerika tidak jarang mengontak penulis mengenai sumberdaya manusia ini. Termasuk mengerjakan pembangunan sistem informasi. Mereka begitu senang dengan orang Indonesia. Kenapa tidak, standar gaji orang Indonesia secara umum dibandingkan dengan standar gaji mereka rendah lumayan rendah.
Mari kita coba bandingkan ketika kami dilibatkan dalam pengerjaan salah satu sistem informasi untuk sebuah perusahaan pembuat mobil mewah di Jerman (awal tahun 2000an). Kenapa mereka mau mengerjakannya di Indonesia? Sebagai salah satu pembanding, hitunglah biaya gaji. Kita ambil mata uang dolar aja, ya. Di sana, gaji orang IT berkisar $3500-$5000. Di negara kita? Mm.... sekitar 2 juta – 7juta atau sekitar $222-$777 (kurs dipakai $1=Rp.9000). Bisa dibayangkan, gaji satu orang mereka yang bekerja di sana bisa untuk membayar sekitar 7-8 orang kita. Komunikasi antar negara? Tidak mahal, cukup pakai internet saja...!
Orang Komputer
Kejadian yang salah dan sering terjadi adalah pengertian dari istilah “orang komputer” atau ”informatika” yang dipakai masyarakat. Istilah ini digunakan untuk menunjukkan bahwa seseorang yang dimaksud paham tentang komputer. Paham tentang komputer ini diartikan lebih jauh lagi, bahwa orang yang dimaksud adalah ahli komputer, ahli dalam berbagai hal dalam bidang komputer. Ini salah satu kendala lain dari para informatikawan ketika berada di lapangan.
Mari kita coba memahami hal ini, apakah “ahli komputer” yang dimaksud orang tersebut memang mengerti tentang berbagai hal dalam bidang komputer? Oh, no.. no…! belum tentu ada orang seperti ini, kalau boleh mengatakan selain “sangat jarang”. Ilmu tentang komputer atau teknologi informasi itu luas sekali, memiliki bagian-bagian tersendiri, danmasing-masing itupun memiliki turunan lagi yang lebih spesifik.
Ada istilah menarik, “tau banyak berarti tau sedikit-sedikit, tau sedikit bisa berarti banyak”. Ini adalah statement yang tepat untuk ini. Jika anda mengenal orang yang mengatakan dia tahu segala hal seperti computer network , desain grafis , artificial intelligence , dsb, berarti dia bisa diasumsikan yang dia tahu adalah kulit-kulitnya saja. Apakah dia paham bagaimana mendesain dengan corel draw atau software desain lain? Apakah dia paham cara untuk melakukan manajemen database pada server ? Pahamkah dia bagiamana merancang program dengan menggunakan algoritma? Itu baru sebagian dari dasar masing belum lebih terlalu dalam.
Diakui oleh Dunia Internasional
Sumberdaya manusia kita yang mendalami bidang teknologi informasi ini termasuk yang diperhitungkan dalam dunia internasional, kenapa tidak, salah satu buktinya pada salah satu lomba yang diadakan oleh google di India pada awal tahun 2005, dimana Indonesia mampu menguasai dua peringkat tertinggi yang dilombakan dalam bidang pemrograman tersebut, sedangkan Amerika menduduki peringkat ke 17. Serta masih banyak lagi kemampuan para informatikawan Indonesia yang tidak bisa dianggap enteng dalam kemampuan daya saing mereka.
Selain itu, bagi mereka yang merasa memiliki kemampuan untuk bersaing, tidak jarang juga yang bekerja ke luar negeri. Karena kemampuan mereka diakui dengan sertifikasi berkelas internasional yang dikantonginya.
___________
jack Febrian -- Dosen dan Praktisi Teknologi Informasi di Bandung. Telah menulis beberapa buku, diantaranya Menggunakan Internet, Kamus Komputer dan Teknologi Informasi, Menjelajah Dunia dengan Google, Tentang Pendidikan Tinggi di Indonesia, dll..
jack Febrian -- Dosen dan Praktisi Teknologi Informasi di Bandung. Telah menulis beberapa buku, diantaranya Menggunakan Internet, Kamus Komputer dan Teknologi Informasi, Menjelajah Dunia dengan Google, Tentang Pendidikan Tinggi di Indonesia, dll..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan komentar disini :